Senin, 31 Oktober 2016

TUGAS PRAKTIKUM

SALIVA

DISUSUN OLEH
ALAN PERMANA    1611111210003


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
      Saliva merupakan faktor intraoral yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Saliva mengandung sekresi dari kelenjar saliva yang komposisinya berpengaruh terhadap konsistensi saliva. Fungsi saliva bermacam-macam, mulai dari membantu proses pencernaan, mencegah karies gigi hingga melindungi jaringan mulut.
      Selama ini masyarakat sering tidak mengetahui peran dari saliva. Kurangnya edukasi menjadi salah satu faktor penyebabnya. Hal inilah yang mendorong penulis untuk membuat sebuah artikel yang berjudul “saliva” guna memperbanyak pengetahuan masyarakat pengguna internet pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya.

1.2 Rumusan Masalah
      1. Bagaimana definisi dari saliva?
      2. Apa saja karakteristik dari saliva?
      3. Apa fungsi saliva?
      4. Bagaimana hubungan saliva dengan karies gigi?

1.3 Tujuan
      1. Menjelaskan definisi dari saliva.
      2. Menjelaskan karakteristik dari saliva.
      3. Menjelaskan fungsi saliva.
      4. Menjelaskan hubungan saliva dengan karies gigi.

1.4 Manfaat
      1. Bentuk edukasi kepada masyarakat akan pengertian saliva serta peranannya bagi kesehatan. 
      2. Usaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang karakteristik saliva dan
          hubungannya dengan karies gigi.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Saliva
      Saliva adalah sekresi eksokrin yang terdiri dari 99% air, mengandung beberapa macam elektrolit (sodium, potassium, kalsium, magnesium, bikarbonat, fosfat), protein, enzim, immunoglobin dan zat antimikrobial lainnya yang terdapat di rongga mulut (Murthykumar K, 2014). Sedangkan menurut Joana dkk (2013), saliva adalah cairan kompleks yang mengelilingi jaringan mulut dan berasal dari kelenjar saliva mayor dan minor serta sumber lainnya seperti cairan crevicular, mikroorganisme dan sel-sel mulut.

2.2 Karakteristik Saliva
      Konsistensi dari saliva dapat berupa kental, berair atau berbuih tergantung dari komposisi saliva tersebut. Komposisi yang paling berpengaruh terhadap konsistensi saliva adalah protein. Tingkat produksi saliva dalam keadaan istirahat dan normal (tidak terstimulus) berkisar antara 0.25 hingga 0.35 mililiter permenit, sedangkan tingkat produksi saliva terstimulus berkisar antara 1 hingga 3 militer permenit. Tingkat produksi saliva terstimulus merepresentasikan 80%-90% produksi saliva harian. Hal hal yang mempengaruhi sekresi saliva adalah rangsang pada indra pengecap, indra pembau atau obat-obatan (Joana dkk, 2013). 
      Derajat keasama atau pH saliva dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh keseimbangan hidrogen bikarbonat di dalam saliva. Karakteristik saliva dapat berbeda-beda pada setiap individu.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Saliva
      Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran saliva berdasarkan Murthykumar K (2014) adalah sebagai berikut :

2.3.1 Tingkat Hidrasi Individu
         Tingkat hidrasi individu merupakan faktor utama yang mengganggu sekresi saliva. Ketika air di dalam tubuh berkurang 8%, aliran saliva berkurang hingga mendekati nol. Sebaliknya, ketika tubuh mengalami hiperhidrasi aliran saliva bertambah.

2.3.2 Postur Tubuh, Pencahayaan dan Merokok
         Postur tubuh, pencahayaan dan merokok berpengaruh pada aliran saliva. Pasien yang berdiri memiliki tingakat aliran saliva yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang duduk, dan pasien yang berbaring, aliran salivanya lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang duduk. Dalam kondisi gelap total, aliran saliva berkurang 30% - 40%. Tindakan merokok juga mempengaruhi aliran saliva, dimana perokok memiliki aliran saliva yang lebih tinggi dibandingkan dengan non perokok, hal ini disebabkan karena efek tembakau yang mengiritasi jaringan mulut menstimulus kelenjar saliva.

2.3.3 Ukuran Kelenjar Saliva dan Berat Badan
         Aliran saliva yang terstimulus berhubungan langsung dengan ukuran kelenjar saliva, sedangkan aliran saliva normal tidak berkaitan dengan ukuran kelenjar saliva. Pada anak obesitas, tingkat aliran saliva secara lebih rendah dibandingkan dengan anak yang memiliki bobot normal.

2.3.4 Obat-Obatan
         Berbagai obat-obat, terutama yang mengandung antidepressant, anxiolytics, antipsychotics, antihistamin, dan antihypersensitives mengakibatkan berkurangnya aliran saliva dan komposisinya.

2.4 Fungsi Saliva
      Fungsi saliva berdasarkan Murthykumar K (2014) adalah sebagai berikut :

2.4.1 Membantu Indra Pengecap
         Saliva mengalir melalui duktus dan dalam proses mengalirnya, saliva menjadi hipotonik.  Saliva yang hipotonik (mengandung sedikit glukosa, sodium, klor, dan urea) dan kapasitasnya untuk melarutkan substansi makanan, membantu indra pengecap untuk mengecap rasa yang berbeda-beda. Gustin, yang merupakan salah satu protein saliva membantu pertumbuhan dan perkembangan indra pengecap.

2.4.2 Kapasitas Buffer
         Saliva bertindak sebagai buffer dan melindungi mulut dengan cara mencegah kolonialisasi bakteri patogen, menetralkan pH dan membersihkan asam yang diproduksi oleh mikroorganisme asidogenik sehingga mencegah demineralisasi gigi.

2.4.3 Perlindungan dan Lubrikasi
         Seromucosal covering yang dibentuk oleh saliva melindungi dan melubrikasi jaringan mulut dari agen-agen iritasi. Hal ini disebabkan karena mucins (protein dengan kandungan karbohidrat tinggi)  yang ada membantu lubrikasi, perlindungan dari dehidrasi, dan mempertahankan viscoelasticity dari saliva. Sebagai tambahan, saliva juga melindungi dari serangan proteolitik yang disebabkan oleh mikroorganisme.

2.4.4 Mempertahankan Enamel Gigi
         Saliva mempertahankan kestabilan komposisi email gigi dengan cara mengatur remineralisasi dan demineralisasi gigi. Faktor utama yang mempengaruhi kestabilan komposisi enamel gigi adalah konsentrasi kalsium, fosfat dan fluoride pada saliva.

2.4.5 Pencernaan
         Proses pencernaan diawali dengan proses mekanik di dalam mulut. Pembentukan bolus makanan pada proses mekanik dibantu oleh saliva karena di dalam saliva terkandung enzim amilase (ptyalin). Enzim ini memecah maltosa, maltotriosa, dan dextrin.

2.5 Hubungan Saliva dengan Karies Gigi
      Hubungan antara saliva dan karies gigi sangat lemah jika orang tersebut pernah mengalami karies sebelumnya. Konsistensi saliva yang berbeda-beda (kental, berair atau berbuih) menjadi salah satu penyebabnya. Namun, kondisi dimana aliran saliva berkurang dapat mempengaruhi proses demineralisasi enamel yang akhirnya membentuk karies gigi (Joana dkk, 2013). 


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
      Dari artikel ini, dapat ditarik kesimpulan, yaitu :
1. Saliva adalah sekresi eksokrin yang terdiri dari 99% air, mengandung beberapa macam elektrolit (sodium, potassium, kalsium, magnesium, bikarbonat, fosfat), protein, enzim, immunoglobin dan zat antimikrobial lainnya yang terdapat di rongga mulut.  
2. Konsistensi dari saliva dapat berupa kental, berair atau berbuih tergantung dari komposisi saliva tersebut.  
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran saliva adalah tingkat hidrasi individu, postur tubuh, pencahayaan, merokok, obat-obatan, ukuran kelenjar saliva dan berat badan. 
4. Saliva berhubungan dengan karies gigi dimana aliran saliva yang rendah berpengaruh langsung pada proses demineralisasi enamel.

3.2 Saran
      Dianjurkan untuk menjaga tingkat hidrasi dan asupan gizi pada setiap orang sehingga aliran saliva dapat dipertahankan dan mencegah terjadinya karies gigi. Selain itu menjaga kebersihan gigi dan mulut juga harus dilakukan secara teratur agar gigi dan mulut dapat senantiasa sehat.


Daftar Pustaka

1. Joana dkk, 2013, Salivary Characteristic and Dental Caries, Journal of American Dental Association;144(5):e31-e40.

2. Murthykumar, Karthikeyan, 2014, Saliva Composition and Function : A Review, International Journal of Pharmaceutical Science and Health Care, Issue 4, Vol.3.